Langsung ke konten utama

Hindari Penyakit Ini !!

Tahun 2016 ini akan menjadi tahun ke tujuh saya resmi meninggalkan masa SMA yang menurut sebagian orang, masa SMA adalah masa yang paling indah dalam perjalanan hidup. Bagi sebagian lainnya masa SMA adalah masa yang paling kelam dan jika diberikan kesempatan kembali ke masa-masa itu, ia ingin memperbaiki segalanya. Perkembangan teknologi dan informasi terutama media sosial semakin cepat dari waktu ke waktu. Saat masih SMA, media sosial yang paling terkenal dan wajib dimiliki adalah friendster. Dan kini media sosial semakin berkembang luas, ada Path, Instagram, Twitter dan lain sebagainya.

Dari media sosial saya mulai kembali menemukan teman-teman saya saat SMA yang telah lama tak bersua. Dari sinilah saya mulai mengetahui berita dan cerita sukses mereka. Beberapa dari mereka telah meraih kesuksesan dalam hidupnya (setidaknya menurut saya), ada yang terjun ke dunia broadcasting, menjadi fisioterapis, pilot, pramugari, barista, perawat, abdi negara dan bahkan ada yang telah menjadi pengusaha. Wooww !

Namun sayangnya, yang saya temui dari media sosial mereka, ada sebagian dari mereka yang mulai menunjukan kesombongannya dan angkuh dari diri mereka. Hal ini ga saya temui dari mereka ketika dulu berinteraksi dengan mereka saat masih menjalani masa SMA.

Dari sepenggal kisah di atas, ada beberapa hal yang perlu sama-sama kita ingat dan sadari bahwa seberapa besar kesuksesan yang telah kita raih, sesungguhnya itu adalah sebuah titipan yang suatu saat bisa ditarik kembali oleh sang pemilik alam semesta dan seluruh isinya. Ingatlah kata pepatah, “di atas langit masih ada langit”.
Jika saat ini Anda telah sukses meraih suatu jabatan, posisi ataupun kesuksesan lain, ingatlah masih banyak orang di luar sana yang jauh lebih sukses dari Anda di usia yang jauh lebih muda dari Anda saat ini.

Lantas apa yang layak Anda sombongkan ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...