Langsung ke konten utama

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star.

Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan.

Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka.

Lompat ke sore hari, setelah bangun tidur siang, Naura bilang “Aduh dada aku sakit, aku mau muntah deh”. 15 menit kemudian, dia beneran muntah, frekuensinya jadi semakin sering, setiap 10 menit sekali muntah gitu. Sampe jam 6 sore, ga ada makanan ataupun minuman yang masuk. Jam 7 malam, kami memutuskan untuk bawa dia ke klinik, dari klinik kasih arahan kalo sampe jam 10 malem masih belum ada makanan atau minuman yang masuk, langsung bawa ke UGD.

Tapi baru sampe jam 9 malem kondisinya masih belum ada perubahan, sampe akhirnya kami memutuskan untuk bawa dia ke RS. Dan langsung diminta rawat inap karena Naura udh menunjukan tanda dehidrasi.

Lompat keesokan harinya, hasil CT Scan dan cek darah disampein sama suster. Hasilnya adalah ada retakan kecil di tulang rusuknya, hal ini jadi pemicu infeksi saluran nafas. Konyol tapi juga sedih, ternyata pukulan Ami keras dan sampe berakhir Naura perlu dirawat di RS. Mungkin juga ditambah Naura yang sering pura pura terbang dengan dadanya yang menopang badanya.

Sayangnya, banyak orang yang ga tau apa apa tentang aktifitas kami sehari hari, tiba tiba ngomong :
“Makanya anak tuh dijagain” ..... Ya kali ga jagain anak di rumah hehehe
“Makanya kalo main tuh diawasin” ..... Ya kali ga diawasin, tapi kan ga bisa dijagain 24/7 yaa hehehe
 
Pada akhirnya, Ami paham kalo yang dia lakukan itu salah.
Sekarang, setiap dia kelepasan pukul Naura, dia selalu langsung minta maaf.

Ya itulah cerita tentang :
Ami, atlet MMA-ku dan Naura, sparing partner-nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...