Langsung ke konten utama

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?


Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut.

Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya.
Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak tapi hidup ga tenang, banyak hutang, jauh dari keluarga".
Bagi dia, nominal penghasilan yang besar tidak menjamin dirinya akan bahagia, justru nikmat dekat dengan keluarga membuat dirinya jauh lebih bahagia dibanding saat bekerja di jakarta dengan penghasilan yang lebih besar.

Kemudian cerita kedua ini berasal dari seorang kerabat yang berprofesi sebagai seorang guru. Ia bercerita bahwa telah banyak murid-muridnya yang kini telah sukses dalam karirnya, sementar guru tetaplah seorang guru.

Saya akhirnya melontarkan pertanyaan, "emang sukses itu seperti apa ?"
Dan ia pun menjawab, "iya murid bisa sukses dalam hidupnya, bisa punya karir bagus, mobil dan lainnya, sementara guru tetaplah guru, ya begini aja"

Lagi dan lagi saya menemui orang berpendapat bahwa sukses adalah ketika memiliki uang banyak dan harta yang berlimpah. Tak ada yang salah dengan pendapat itu sebenarnya. Mereka hanya lupa bahwa dengan uang, harta dan tahta tidak menjamin dirinya bahagia.

Pada tulisan yang terdahulu, saya pernah mendefinisikan bahwa sukses menurut si A dan si B bisa saja berbeda. Dalam hidup, sukses menurut si A belum tentu sukses menurut si B. Kuncinya adalah menyukuri apa yang kita miliki saat ini karena bisa jadi yang kita miliki saat ini adalah sukses yang diimpikan oleh orang lain di sekitar kita.

2 cerita di atas  kontradiktif, cerita pertama justru merasa bahagia walaupun dengan penghasilan yang lebih kecil tapi dekat dengan keluarga. Sementara cerita kedua tidak merasa sukses jika tidak memiliki harta yang besar yang menurutnya dapat memberikan kebahagiaan.
Semoga dari cerita di atas kita dapat mengambil hal baik yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...