Langsung ke konten utama

Postingan

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...
Postingan terbaru

Jadi Diri Sendiri Itu Idealis atau Egois ?

Beberapa waktu lalu gw liat ada konten dari tiktok yang di-repost sama salah satu akun instagram, karena menarik jadi gw repost aja. Kontennya kurang lebih gini : “Nurutin omongan orang ga ada abisnya. Jadi dirimu sendiri ga usah maksa jadi orang lain daripada kamu sakit hati.” Poinnya adalah jadi diri sendiri. Menariknya buat gw adalah ketika gw jadi diri gw sendiri, tentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya justru jadi masalah buat gw sendiri. Ga sedikit orang yang ga suka sama gw saat gw jadi diri sendiri, pun sepertinya juga sebaliknya. Ini gw alamin selama beberapa tahun terakhir, gw selalu jadi diri sendiri di keseharian tapi ternyata ada yang salah dari implementasinya. Sedikit prolog, gw adalah orang yang antusias dan punya energi yang luas untuk menyampaikan pendapat gw akan sebuah topik bahasan. Saking antusiasnya, lawan bicara gw sering kali merasa “santai bos, ga usah marah marah, mau ngajak ribut ente?” Padahal mah gw ngerasa itu biasa aja gitu. Nah seirin...

Pandemi: Semoga dan Terima Kasih

Wahh gila ya. Pandemi yang diperkirakan akan selesai dalam 2 – 3 bulan ternyata masih berlangsung sampe hari ini. Pandemi ini udah berdampak hampir ke semua lini. Mulai dari bisnis gede sampe bisnis kecil kena imbasnya. Banyak yang bangkrut tapi juga banyak bisnis baru yang tumbuh dan bangkit Di tengah pandemi, fokus gw adalah nyiapin dana darurat sebanyak mungkin yang bisa gw kumpulin. Nahan nahan berbagai pengeluaran dan keingininan yang ga esensial demi jaga jaga dari kemungkinan terburuk. Sampe akhirnya, rumah perlu perbaikan minor. Seminor minornya perbaikan rumah, angkanya kan udah masuk ke jutaan ya. Mayan lah menggerus dana darurat. Setelah diskusi internal, akhirnya gw putusin, yaudah deh benerin aja nih rumah pake dana darurat. Kalo ga dibenerin sekarang, nanti kerusakannya makin banyak dan biaya perbaikannya makin-makin-makin tinggi. Gw coba nyari jasa tukang bangunan di sekitar rumah, dan singkat cerita akhirnya dapet dan langsung jadwalin buat ketemu ngejelasin apa aj...

Marah karena Takut

Beberapa tahun lalu, pernah denger ada yang bilang kalo sumber marah kita didasari oleh rasa takut. Ahh masa iya sih ? Di tulisan ini, gw mau ceritain satu hal yang akhirnya bikin gw sadar di realita hidup gw. Tentang apakah benar kalo marah itu didasari rasa takut ? Sejak WFH banyak hal yang sering gw lakuin di rumah. Salah satunya masak buat makan siang atau makan malem di rumah. Bukan, bukan buat menjamin makanan higienis di tengah pandemic Covid-19. Alasan utamanya adalah biar lebih hemat dibanding order makanan via ojol. Sebelum proses masak, ada proses untuk mempersiapkan bahan bahannya. Mulai dari kupas bawang, potong potong beberapa bahan masakan sampe semuanya siap untuk mulai dimasak. Selama proses persiapan ini, Zahra, anak gadis aing, selalu ikut ikutan ke dapur. Di usia dia yang sekarang satu setengah tahun, dia sering banget ngambil sesuatu yang bisa dia jangkau untuk dimasukin ke mulut dia. Saat gw lagi sibuk potong bawang, Zahra se...

Balancing is Sucks

Dalam buku 7 Habits for Highly Effective People karangan Steven Covey salah satu yang dipaparkan yaitu kita perlu memiliki pemikiran menang menang. Kita tentu sepakat bahwa pemikiran menang – menang ( win – win ) adalah pilihan terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Hal ini karena telah mengakomodasi masukan ataupun pendapat dari beberapa pihak. Atau istilah lain yang sering didengar adalah balancing . Secara konsep, balancing dan win – win tidak jauh berbeda, balancing adalah keadaan yang membuat seseorang perlu mengambil titik tengah dalam sebuah situasi untuk mengakomodasi beberapa masukan atau pendapat. Yang menjadi pertanyaan terbesarnya yaitu apakah win – win harus selalu diambil dalam setiap kejadian atau dalam suatu keadaan perlu untuk mengambil langkah win – lose atau lose – win ? Contoh kasus : ChampionWO adalah sebuah wedding organizer yang professional dan berpengalaman luas, dipilih oleh Baba untuk menjadi pelaksana dalam hari pernikahan mereka. Baba...

Miko Si Tukang Ngadu

Dalam tulisan kali ini, saya mau dongeng cerita fiktif belaka. Jika ada kesamaan tempat, waktu maupun nama pemeran hal itu adalah kebetulan semata. Diceritakan dalam sebuah kisah, ada seorang anak laki-laki yang memiliki cita-cita ingin menjadi seorang pemain sepak bola ternama. Demi meraih cita-cita tersebut ia telah banyak mencurahkan  waktu, tenaga maupun pikirannya untuk menjadi pemain sepak bola yang handal, sebut saja namanya adalah Miko.  Setelah beberapa tahun menjalani segala pendidikan sepak bola, muncul kesempatan untuk Miko bergabung dengan sebuah klub sepak bola yang memiliki nama besar dan sejarah panjang dalam kancah sepak bola. Namun klub ini boleh dibilang belum memiliki prestasi besar yang dapat dibanggakan, hanya nama besar dan sejarah panjang yang dapat dibanggakan ke depan masyarakat umum. Sebagai pemain muda berbakat, hal ini justru menjadi tantangan bagi Miko, ia akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan klub sepak bola yang bernama Putar FC. ...

Tentukan Prioritas

Hallo, waah belakangan saya jarang nulis karena lagi (pura-pura) sibuk (biar dibilang kerja). Tanpa panjang kali lebar kali tinggi, dalam tulisan ini saya mau coba bahas hal yang sederhana yang mungkin sering kita temukan dalam keseharian kita. Bahasan kali ini adalah tentang prioritas akan sebuah hal dibanding dengan hal lainnya. Banyak orang yang bertanya ke saya tentang apa yang harus dilakukan jika kita memiliki to do list yang puanjang buanget ? Saran yang paling sering muncul dan mungkin Anda juga berpikir seperti ini : solusinya adalah membuat skala prioritas dari sekian banyak pekerjaan yang kita miliki. Tapi sering kali kita sulit menentukan prioritas, jika diminta untuk membuat skala prioritas, maka jawabannya semua pekerjaan penting dan mendesak. Ayolah kawan, kalo semua pekerjaan penting dan mendesak maka sebenernya ga ada satu pun pekerjaan yang penting dan mendesak. Lho kok begitu, begini nih penjelasannya. Analogi gampangnya sih gini, coba bayangkan sa...