Langsung ke konten utama

Balancing is Sucks

Dalam buku 7 Habits for Highly Effective People karangan Steven Covey salah satu yang dipaparkan yaitu kita perlu memiliki pemikiran menang menang.
Kita tentu sepakat bahwa pemikiran menang – menang (win – win) adalah pilihan terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Hal ini karena telah mengakomodasi masukan ataupun pendapat dari beberapa pihak. Atau istilah lain yang sering didengar adalah balancing.
Secara konsep, balancing dan win – win tidak jauh berbeda, balancing adalah keadaan yang membuat seseorang perlu mengambil titik tengah dalam sebuah situasi untuk mengakomodasi beberapa masukan atau pendapat.
Yang menjadi pertanyaan terbesarnya yaitu apakah win – win harus selalu diambil dalam setiap kejadian atau dalam suatu keadaan perlu untuk mengambil langkah win – lose atau lose – win ?
Contoh kasus :
ChampionWO adalah sebuah wedding organizer yang professional dan berpengalaman luas, dipilih oleh Baba untuk menjadi pelaksana dalam hari pernikahan mereka. Baba yang merupakan calon pasangan dari Bubu, Bubu pun sudah mengetahui keputusan Baba memilih ChampionWO.
Karena kesibukan Bubu, ia tidak dapat mengikuti beberapa meeting yang sudah di-set oleh Baba dengan ChampionWO.
Dalam meeting, Baba menginginkan untuk menggelar acara pernikahan dengan konsep pernikahan internasional tanpa ada acara adat. Jas dan gaun menjadi pilihan terbaik yang telah ditentukan.  Satu  minggu sebelum pelaksanaan Bubu akhirnya dapat hadir dalam meeting terakhir.
Bubu meminta ke Baba dalam acara pernikahan mereka tamu yang hadir wajib menggunakan dress code piyama. Karena Baba selalu mengedepankan win – win, sehingga ia meng-iya-kan permintaan Bubu dengan pertimbangan piyama adalah sebuah gimmick.
Menurut Baba, ChampionWO harus mengikuti permintaan mereka karana Baba dan Bubu adalah klien yang perlu dipenuhi kebutuhannya.
ChampionWO bingung dengan permintaan Bubu, karena menurut ChampionWO, gimmick dalam sebuah acara ga masalah, yang jadi masalah adalah mencari hubungan antara konsep pernikahan internasional dengan dress code piyama.
ChampionWO berbicara ke Baba bahwa permintaan itu dapat menyebakan konsep acara jadi ga ideal. Kemudian ChampionWO merekomendasikan penggunaan piyama dilakukan untuk  after party saja yang akan berlangsung setelah acara resepsi selesai.
Namun Baba menolak rekomendasi tersebut karena menurut Baba, permintaan tersebut muncul atas proses pemikiran, waktu dan effort lainnya sehingga perlu dihargai dengan cara mengakomodasi permintaan Bubu walaupun Baba sadar pemintaan tesebut ga nyambung sama konsep yang sudah ditentukan.
Dengan waktu pelaksaan pernihakan yang sudah dekat, dengan segala hal yang berkecambuk atas hal yang tidak ideal menurut tim ChampionWO akhirnya mereka menjalankan permintaan dari Baba dan Bubu yaitu konsep pernikahan internasional dengan dress code piyama.
Tibalah waktu pelaksaan resepsi yang ditentukan oleh Baba dan Bubu.
Awal acara dibuka oleh MC, tim ChampionWO sudah merasakan ketidaknyamanan dari para tamu yang hadir atas konsep yang mereka sajikan. Mereka melihat sebuah acara yang ga nyambung antara konsep dengan dress code tapi mereka terpaksa melakukan hal ini karena ini merupakan permintaan dari klien.
Sampai ada salah satu tim ChampionWO mendengar keluhan dari tamu yang datang yang berbunyi “Apaan dah ini konsepnya internasional tapi kita pake dress code piyama, siapa sih WO nya ?”
Dan seseorang di sudut yang berbeda melontarkan pendapat “Nyesel dateng kesini, acaranya ga nyambung
Jika kamu ada di posisi ChampionWO apa yang akan kamu lakukan ?
Bolehkah tidak mengedepankan Win-Win ?

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...