Langsung ke konten utama

Tentukan Prioritas

Hallo, waah belakangan saya jarang nulis karena lagi (pura-pura) sibuk (biar dibilang kerja). Tanpa panjang kali lebar kali tinggi, dalam tulisan ini saya mau coba bahas hal yang sederhana yang mungkin sering kita temukan dalam keseharian kita. Bahasan kali ini adalah tentang prioritas akan sebuah hal dibanding dengan hal lainnya.

Banyak orang yang bertanya ke saya tentang apa yang harus dilakukan jika kita memiliki to do list yang puanjang buanget ?
Saran yang paling sering muncul dan mungkin Anda juga berpikir seperti ini : solusinya adalah membuat skala prioritas dari sekian banyak pekerjaan yang kita miliki. Tapi sering kali kita sulit menentukan prioritas, jika diminta untuk membuat skala prioritas, maka jawabannya semua pekerjaan penting dan mendesak.

Ayolah kawan, kalo semua pekerjaan penting dan mendesak maka sebenernya ga ada satu pun pekerjaan yang penting dan mendesak. Lho kok begitu, begini nih penjelasannya.

Analogi gampangnya sih gini, coba bayangkan saat ini kita sudah seharian belum makan, tentunya saat ini perut kita sangat terasa lapar. Tapi di saat yang sama, kita merasakan sakit perut yang luar biasa karena sudah seminggu tidak BAB. Kondisinya saat ini rasa mules itu sudah keterlaluan, serasa sudah di ujung tanduk, senggol dikit bisa berabe. Mana yang harus diprioritaskan ?

Semuanya ? Mau makan sambil BAB gitu ?
Ga mungkin sih sepertinya, ya kali deh ngunyah sambil BAB hehehe
Jadi kita harus memprioritaskan segala sesuatu yang kita lakukan. Kalo semua prioritas, maka artinya tidak ada satu pun yang prioritas.
Udah segini dulu ya. Maklum lagi sok sibuk, besok disambung sama cerita yang lain.
See you soon gaes !

Terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...