Langsung ke konten utama

Oasis

Jika ada ribuan orang dan hanya ada segelas minuman dingin di tengah gurun pasir yang panas maka segelas minuman dingin itu akan dicari oleh orang-orang itu. Siapapun yang menemukannya pasti ingin segera menikmati sensasi minuman dingin di tengah panasnya suasana gurun pasir. Tapi apakah orang yang menemukannya akan membagi minuman tersebut ke orang lain di sekitarnya ? mungkin iya, mungkin juga tidak!
Hal ini bisa saja terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Jika segelas minuman dingin itu diibaratkan sebagai sebuah ilmu, maka selalu saja ada orang yang enggan untuk berbagi ilmu yang ia miliki.

Diceritakan dalam sebuah kisah, ada seorang pemuda sebut saja namanya Rio. Rio punya seorang sahabat yang memiliki rasa enggan untuk berbagi ilmu yang ia miliki, sebut saja dia Mawar.

Mawar yang Rio kenal adalah sosok manusia yang sukses dalam pekerjaan dan hobbinya, serta selalu taat beribadah pada sang pencipta. Ia selalu berusaha mengamalkan apa yang ia pelajari dalam kitab suci. Bahkan ia juga sering bercerita dan menginspirasi rekan-rekan sejawat tentang bagaimana cara untuk sukses dan bahagia di dunia bahkan akhirat. Hingga pada akhirnya ia mendapat sebuah keahlian tertentu dalam bidang yang ditekuni. Namun ada hal yang membuat pemuda bingung dengan hal yang Mawar putuskan, semenjak ia memiliki keahlian itu Mawar menjadi enggan untuk berbagi ilmu yang dia miliki secara sukarela.

Rio kemudian bertanya pada Mawar, “Kenapa sih kok lu kayanya enggan untuk bagi ilmu yang lu punya ke temen temen lu ?” dan dengan penuh keyakinan Mawar pun menjawab,
Gue dapet ilmu ini bayar, ga gratisan, susah dapetinnya. Gue mesti nabung beberapa bulan buat dapet ilmu ini, jadi ya wajar aja kalo gue butuh sesuatu (dalam hal ini uang ataupun bentuk materi lainnya) untuk gue sebelum gue bagi ilmu gue ini”. Saat itu juga Rio merasa sedih.

Sebelum kejadian ini Mawar pernah mengungkapkan sebuah pernyataan pada Rio bahwa “Setinggi apapun ilmu yang lu punya, ga akan bermanfaat kalo ilmu itu ga lu bagi ke temen lu, cuma memperkaya diri lu sendiri tapi lu menutup mata sama lingkungan sekitar lu”. Ini yang membuat Rio merasa sedih, pernyataan tersebut sangat kontradiktif dengan pernyataan Mawar ketika ia sudah memiliki sebuah ilmu yang bisa saya katakan dia adalah seorang ahli dalam bidang itu.
Seseorang akan dihargai oleh lingkungan sekitarnya jika ia dapat berbagi sesuatu yang berguna dan memberikan nilai tambah bagi orang lain. Hal ini sebenarnya sudah dimiliki oleh Mawar tapi ada hal kecil yang dapat mengurangi manfaat Mawar bagi orang lain.

Jika kita ingin membantu lingkungan sekitar menjadi berilmu dengan berbagi ilmu yang kita miliki, lalu untuk apakah kita harus menarik biaya untuk sebuah ilmu ?

Kembali pada kisah Rio dan Mawar, Mawar pernah mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa dia memiliki passion untuk sharing, tapi kembali lagi pernyataan itu telah dipatahkan oleh dirinya sendiri. Kini Mawar menjadi sosok yang takut rugi jika orang lain mendapatkan ilmu seperti yang dia miliki dengan membaginya secara cuma-cuma. Yang menjadi pertanyaan besar adalah jika memiliki hati dan jiwa untuk berbagi kenapa harus takut rugi ?


Mari bersama-sama merefleksikan diri sudah seberapa banyak ilmu yang kita miliki dan sudah kita bagi tanpa memungut biaya atas sebuah ilmu tersebut. Semoga cerita diatas dapat membuka sudut pandang baru untuk kita agar kita dapat semakin berguna bagi lingkungan sekitar kita.

Terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...