Seminggu terakhir saya berpikir
keras tentang pencapaian diri selama bekerja. Ada kenyataan yang ga bisa
dipungkiri sama sekali. Kenyataannya adalah selama bekerja banyak banget ilmu
yang didapat dari mulai hard skill
sampai soft skill.
Tapi dari
kenyataan ini justru mulai mengganggu pikiran saya, muncul pertanyaan dari dalam diri yaitu berbagai ilmu
yang saya dapatkan selama ini apakah saya sudah cukup kompeten dalam menjalani
pekerjaan itu ?
Bicara tentang kompeten maka kita
akan berbicara sejauh mana kompetensi yang kita miliki dapat efektif kita
gunakan dalam mendukung tercapainya hasil kerja. Kita boleh banget punya banyak
ilmu yang dapat meningkatkan kompetensi kita sebagai individu, tapi dari banyak
ilmu tersebut belum tentu membuat diri kita menjadi seseorang yang kompeten.
Terus kompeten itu sebenernya apa
sih ?
Dari beberapa referensi yang saya
coba cari akhirnya saya simpulkan definisi kompeten. Kompeten adalah kolaborasi antara pengetahuan, kemampuan dan sikap yang
termanifestasi dalam segala tindakan dan perilaku kita yang berpengaruh besar
terhadap pencapaian hasil pekerjaan, tugas dan tanggung jawab.
Saya coba gambarkan hal ini
dengan contoh kehidupan sehari-hari yang mungkin sering kita temui.
Begini, Maemunah adalah seorang
pekerja yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan, ia memiliki gelar
Sarjana Pendidikan, tapi saat ini dia bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah
perusahaan swasta selama 6 tahun terakhir yang tidak ada kaitannya dengan dunia
belajar mengajar seperti latar belakang pendidikan yang ia miliki.
Pertanyaannya adalah apakah Maemunah bisa dikategorikan sebagai seorang guru
yang kompeten ?
Jika merujuk pada definisi
kompeten, maka Maemunah bisa dikatakan belum kompeten menjadi seorang guru
walaupun sebenarnya ia memiliki latar belakang pendidikan sebagai Sarjana
Pendidikan. Hal ini terjadi karena pengetahuan, kemampuan dan sikapnya sebagai
seorang guru belum termanifestasi dalam kesehariannya. Tapi bisa saja Maemunah
justru kompeten dalam bidang pekerjaan yang ia lakukan saat ini walaupun
berbeda dengan latar belakang pendidikannya.
Contoh kedua, di dekat rumah saya
ada seorang pedagang Nasi Goreng, Gepeng nama sebutannya. Ia sudah berjualan
nasi goreng selama lebih dari 20 tahun. Ia telah banyak memiliki pelanggan dari
berbagai daerah, banyak pelanggan yang suka dengan nasi goreng buatannya.
Selama ini Gepeng tidak pernah mengikuti kursus memasak ataupun sertifikasi
sebagai seorang juru masak. Lalu apakah Gepeng sudah bisa dikategorikan sebagai pedagang nasi goreng yang kompeten
walaupun ia belum pernah sama sakali mengikuti kursus memasak ataupun
sertifikasi juru masak ?
Kembali lagi, jika merujuk pada
definsi kompotensi di atas, maka bisa kita kategorikan Gepeng sudah kompeten
sebagai seorang pedagang nasi goreng walaupun secara pendidikan ia bukanlah
seorang juru masak. Jadi, kompeten atau tidaknya seseorang bukan diukur dari
bagaimana latar belakang pendidikannya, melainkan dari seluruh tindakan dan
perilaku yang menjadi peleburan dari pengetahuan, kemampuan dan sikap yang ia
tunjukan di dalam keseharian.
Lalu apakah kita saat ini sudah
kompeten ?

Terima kasih apa yang anda tulis memeberikan saya pengetahuan baru.
BalasHapus