Langsung ke konten utama

Follow The Rules or Break The Rules ?

Ketika kita berada di sebuah tempat, maka kita harus mengikuti seluruh peraturan yang berlaku di tempat itu. Setiap orang wajib mengikuti peraturan yang sudah dibuat dan sudah disepakati oleh sebagian atau seluruh orang yang berada disana tanpa terkecuali. Aturan tetaplah aturan, siapa saja yang melanggar maka wajib dikenakan sanksi tanpa pandang bulu.

Saya rasa setiap orang setuju dengan argumentasi di atas.

Tapi pada kenyataannya penerapan aturan belum tentu bisa berjalan dengan ideal. Selalu saja ada pihak-pihak yang melanggar aturan yang sudah dibuat, bahkan ga jarang pelaku pelanggaran justru berasal pihak yang membuat aturan itu sendiri dan memberikan sanksi jika ada orang yang melakukan pelanggaran. 
Ada seseorang yang pernah berkata seperti ini ke saya mengenai aturan yaitu “Aturan tetaplah aturan, semua wajib ikut aturan, kalau ga suka dengan aturan yang berlaku silahkan keluar dari tempat ini”

Sejujurnya saya pun setuju dengan pendapatnya, ga ada yang salah dari pendapatnya. Tapi bagaimana jika ternyata justru para petinggi di tempat itu melanggar aturan ?
Siap kah memberikan sanksi tanpa terkecuali bagi pelanggar aturan ?
Dalam beberapa kasus, aturan diberlakukan seperti pisau yang tajam ke bawah tumpul ke atas. Jika sudah begini, apakah kira-kira aturan masih dianggap penting ?

Lalu muncul lah pendapat begini “Ah ngapain gue ngikutin aturan, atasan gue aja ga pernah ngikutin aturan dan dia juga ga pernah dapet sanksi”

Jika hal ini terjadi pada Anda, bagaimana sikap yang harus dilakukan ? Ikuti aturan yang berlaku atau ikut-ikutan melanggar aturan ?

Saran saya jika situasi ini kita hadapi, langkah pertama yang bisa kita ambil adalah mencoba untuk mempengaruhi atasan agar mengikuti aturan yang berlaku. Bagaimana pun, seorang leader akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap gaya dan perilaku bawahannya sehingga atasan pun perlu dipengaruhi agar sesuai dengan aturan yang berlaku dan memberikan pengaruh yang positif bagi bawahannya.


Lalu bagaimana jika kita sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempengaruhi atasan tapi tetap saja atasan kita tidak berubah ?


Kita bisa gunakan langkah kedua, apabila kita tidak bisa mempengaruhi ke atas, maka cobalah bermain pada area yang berada dalam lingkup pengaruh kita. Maksudnya begini, ketika kita ga bisa mempengaruhi ke atas, cobalah pengaruhi ke samping dan ke bawah. Kita bisa berusaha untuk mempengaruhi rekan kerja dan bawahan kita untuk tetap mengikuti aturan yang berlaku. Harapannya sederhana, jika rekan kerja dan bawahan kita taat akan peraturan maka secara tidak langsung akan mempengaruhi atasan untuk mengikuti aturan yang berlaku. Itu pun kalau atasannya tahu malu dan masih memiliki sisi seorang leader yang baik hehe


Nah ini langkah yang terakhir, jika 2 langkah di atas tidak berhasil maka silahkan tentukan sikap. Selalu ada pilihan untuk kita bertahan atau keluar menuju lingkungan yang lebih baik. Ketika kita memikirkan untuk keluar ke lingkungan yang lebih baik, biasanya akan muncul pendapat begini, “Lu pindah dari sini juga belum tentu di tempat yang baru lebih baik dari sini, bisa aja malah lebih parah”. Saya pun secara pribadi setuju dengan pendapat ini, tapi menurut saya, jika kita memilih keluar, setidaknya di luar sana ada sebuah harapan baru, setidaknya kita bisa melihat satu titik cerah.


Catatan terakhir dari tulisan ini, setiap orang selalu punya pilihan. Memilih untuk bertahan atau keluar merupakan pilihan yang harus diambil oleh setiap orang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...