Langsung ke konten utama

Semua Orang Bisa Menjadi Pembicara



Pagi ini ada seorang teman yang bertanya ke saya seperti ini :
Bisa ga sih gue jadi trainer ? Kan gue orangnya ga bisa diem tuh, ngomong mulu kerjaannya.
Jawabannya : BISA banget !

Sebelum dibahas, saya generalisasi dulu ya dari kata trainer menjadi pembicara agar lebih memudahkan dalam mengupas topik ini.

Jika sebagian dari Anda beranggapan menjadi seorang pembicara merupakan hal yang sangat mudah dan sepele untuk dilakukan, maka saya tegaskan di awal tulisan ini bahwa saya sangat tidak setuju dengan anggapan ini. Bicara yang mudah dan sepele adalah bicara yang tidak berkualitas, bahkan dengan mata terpejam pun hal ini sangat mudah dilakukan. Tetapi bicara yang berkualitas, menginspirasi dan memberikan nilai tambah untuk orang lain bukan hal yang mudah untuk dilakukan.

Menurut pandangan saya yang masih amatir, setiap orang pasti bisa menjadi seorang pembicara tapi tidak semua orang mampu menjadi pembicara yang berkualitas. Analogi sederhananya seperti ini, setiap orang pasti bisa memasak tapi tidak semua orang mampu menghasilkan masakan yang rasanya enak dan bikin ketagihan.

Sekarang coba yuk pejamkan mata sejenak dan pikirkan kembali selama Anda berbicara dengan banyak orang, berapa banyak hal-hal baik, menginpirasi dan memberikan nilai tambah yang telah terlontar dari lisan Anda ? Atau jangan-jangan justru lebih banyak hal buruk yang terlontar daripada hal baik ?

Menjadi Pembicara Berkualitas

Bahasan ini menurut saya adalah bahasan yang cukup berat untuk saya pertanggung jawabkan, saya katakan demikian karena sejujurnya saya pun belum menjadi pembicara yang berkualitas, saya masih seorang amatir yang belum berhenti untuk berusaha mencapai ke level pembicara yang berkualias dalam hidup saya.
Tapi, dalam tulisan ini saya coba berbagi pandangan saya, ada banyak faktor yang turut membentuk seseorang menjadi pembicara yang berkualitas, dalam tulisan ini mungkin saya hanya bahas 2 poin saja yaitu :

1.     Latihan
Mungkin pepatah pisau akan tumpul jika tidak diasah sudah tidak asing lagi kita dengar.
Memperbanyak jam terbang menjadi hal yang wajib dilakukan saat kita ingin menjadi hebat dalam bidang yang kita tekuni. Semua orang yang ingin menjadi pembicara hebat perlu latihan.
Semakin sering latihan semakin meningkat pula kemampuan yang dimiliki.
Namun sayangnya, beberapa orang amatir yang saya temui saat diberikan kesempatan untuk memperbanyak jam terbang justru langsung mengajukan pertanyaan ‘bunuh diri’ yaitu “Dibayar berapa ?”.
Duh, belum jadi apa-apa saja sudah mikirnya dibayar berapa, kalau kaya gitu terus kapan akan menjadi seorang hebat dalam bidangnya.

2.     Perbanyak Wawasan
Dari beberapa pembicara hebat yang pernah saya saksikan langsung maupun saya saksikan via youtube, mereka sangat luas dalam membahas sebuah topik yang disajikan. Menurut pemikiran sempit saya ini, hal yang membuat pembicara tersebut mampu membahas topik secara luas yaitu karena ia memiliki wawasan yang luas terhadap berbagai hal.
Semakin banyak wawasan yang dimiliki seorang pembicara, maka akan semakin banyak sudut pandang yang ditampilkan ketika membahas sebuah topik. Inilah yang membuat seorang pembicara hebat memiliki ‘harga’ yang sepadan dengan kualitas dirinya.

Gitu pandangan saya bahwa semua orang pasti bisa jadi pembicara. Karena bingung mau tutup tulisan ini dengan kata-kata apa, jadi mari sudahi tulisan ini dengan siap-siap buka puasa hehehe

Terima kasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Atlet MMA-ku dan Sparing Partner-nya.

Di awal bulan agustus, aku punya banyak waktu untuk bermain dengan anakku. Antar jemput anak jadi salah satu agenda yang rutin aku lakukan. Di setiap sesi jemput anakku, aku tau seberapa senangnya Ami ketika di sekolah dia dapat Star dari gurunya dan seberapa sedihnya dia saat hanya dapat 1 Star sedangkan teman temannya dapat lebih dari 1 Star. Sehari hari waktuku banyak dihabiskan untuk bermain dengan anak anakku. Naura adalah anak yang selalu ikutin apapun yang dilakukan sama Ami. Ami manjat tralis jendela, Naura ikutan. Ami berlaga terbang kaya pahlawan super dengan dadanya yang menopang dipinggiran kursi, Naura pun ikutan. Aku ada di setiap momen mereka bermain, aku memantau aktifitas mereka mulai dari main bareng sampe berakhir dengan berantem rebutan mainan. Sampai suatu siang, saat aku dan Ibunya melakukan aktifitas lain. Ami marah sama Naura karena rebutan tempat duduk dan mukul dada Naura. Naura langsung nangis karena pukulan itu dan kami berusaha menenangkan mereka. Lompat ke...

Kerja di Lahan 'Basah'

Zaman masa kecil dulu, saya sering banget dengar percakapan beberapa tetangga. Mereka sering kali membicarakan bahwa kerja yang paling enak adalah kerja di lahan yang ‘basah’. Di masa itu, saya sering mendengar percakapan seperti ini “ Enak ya Bapak mu kerja di lahan basah. Dapet duitnya gampang, pecutan lebih gede dari gaji” atau “Enak ya kerja di lahan basah,  bisa beli ngumpulin harta, laki kita mah kaga bisa begitu”. Lahan basah yang dimaksud di sini sepertinya tidak perlu saya jelaskan, saya yakin para pembaca sudah mengetahui apa arti dari lahan basah. Dulu, saya ga mengerti makna yang sebenarnya dari kerja di lahan basah. Sejak saya menjalani masa kuliah dulu, saya baru menyadari arti kata lahan basah yang sebenarnya. Lahan basah punya konotasi yang menurut saya negatif. Kenapa negatif ? Saya bingung, kenapa banyak banget orang yang seneng kalo kerja di tempat yang disebut lahan basah. Saya juga bingung kenapa ada orang yang sangat bangga jika ada anggota...

Punya Banyak Uang Menjamin Bahagia ?

Minggu lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi daerah Ciamis, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu ada pelajaran yang saya ambil dari orang-orang yang saya temui. Mungkin cerita ini sederhana, tapi dari cerita ini semakin meyakinkan saya bahwa hidup yang indah dan bahagia tak harus memiliki harta yang berlimpah, penghasilan yang besar dan nominal rekening tabungan yang gendut. Cerita pertama berasal dari seorang driver taksi Budiman, saya tak sempat melihat namanya karena saat itu jam menunjukan pukul 03.40 WIB. Sepanjang perjalanan ia bercerita tentang hidupnya, mulai dari hidup di jakarta hingga akhirnya mendapatkan jodoh di Ciamis. Menjelang akhir perjalanan, ia sempat bercerita kalau nominal uang yang ia terima saat ini lebih kecil daripada saat ia menjadi driver taksi Bluebird di Jakarta. Tapi ia justru sangat menyukurinya. Ia bilang seperti ini kira-kira, "kalau dibandingin uang yang didapat di jakarta sama disini jauh lah. Tapi dijalanin aja, buat apa kalo uang banyak...